Jumat, 15 Juni 2007

DULU . . .

dulu jaman kuliah, klo pas ujian aku pasti berdoa.
Bla bla bla ... di akhir doaku, aku bilang:
"Klo aku nggak bisa ngerjain nih soal, mudah-mudahan ada orang lain yang lebih nggak bisa. Pokoknya lebih parah, biar nggak kliatan banget klo aku yang paling bego di kelas." Hahahahahaha....

NOTEPAD

TERNYATA, diantara sekian banyak program aplikasi yang terinstal di komputer (baik yg legal, maupun crak2an), yang paling banyak aku pake tuh NOTEPAD. Buat coding, nyatet no.hp temen, bikin catatan penting, selentingan ide, alamat url yg sering ku-surf, mp3 yg lagi kucari, harga barang yg lagi diincer..sampe nyatet pesen yg remeh-temeh. ini contohnya. File: "asfasfeg.txt", Isinya? "ntar makan siang bakso Pak Kumis". Hehehe...nggak mutu ya?

Kutu Loncat? What the...

kutu loncat. HAH..kata itu aku dengar baru sekali ini ditujukan kepadaku. dan setelah aku konfirmasi ulang, ternyata si pemberi julukan tsb sudah sejak lama merasa gatal untuk menimpakan gelar tsb kepadaku.

apa pasal? ternyata gara-gara aku sering banget gonta-ganti kerjaan, pindah perusahaan, atau mengundurkan diri dan mencari pelabuhan profesi yg baru.

diantara teman-teman, ada yg heran, sebal karena susah dilacak, bahkan ngiri. Lho? ternyata: "Enak ya, gonta-ganti kerjaan, selalu nemuin hal-hal baru, bos baru, teman baru, nggak kayak aku..tiap hari itu-itu saja, cape deh..." Nuniek, dulu teman sekantor, nyeletuk. Hahahahahahahaha....

Sebentar..sebentar...memang sudah berapa tempat kujelajahi, semenjak lulus kuliah thn 2004 lalu? 1..2..3..4..5..6..7.. bujug, kok baru tujuh ya? ternyata lumayan banyak juga ya aku kluar-masuk gitu? belum yang freelance.. Dalam 3 tahun sudah 7 perusahaan yg aku masuki, brarti rata-rata aku cuma bisa bertahan sekitar 5 bulan untuk satu pekerjaan. tapi klo melihat jenisnya sih itu-itu saja: seputar komputer, administrasi, desain grafis, internet..

Tapi klo dibilang enak karena bisa dapet suasana baru? (Hahahahaha...brarti dah boring banget kali si Nuniek sm kerjaanya yang 'itu-itu' aja..) Nggak juga. Sempet sih aku ngerasa enjoy dengan yang 'serba baru' tadi, cuma klo dipiki-piki...ibarat naik gunung, baru di kakinya dah nyoba gunung lain buat didaki. dari awal lagi..dari awal lagi..meski teteup ada increase dari yg lama.

Pernah aku di-interview sama personalia ex perusahaanku: "Anda bisa loyal nggak?", ketebak deh aku jawab apa: "Ya Pak, saya bisa loyal dengan perusahaan ini." (hayoo..ngaku aja pernah ky gini). Aku jawab sambil senyum kecut di hati: mudah-mudahan Pak.

Ehm, ini ada pengakuan dosa: Berhubung track record-ku kurang bagus ky gitu, aku sering permak CV-ku biar kesannya lebih 'oke'. Jml kerjaan lama yg sampe 7 itu aku korupsi jadi 3, so masa kerjanya jd lumayan lama. TAPI...masih juga dikomen sm interviewer: "Kok sering pindah kerja. Apa Anda tidak bisa loyal dengan perusahaan Anda?" S**T. Brarti korupsinya harusnya sampe 2 ato malah 1 aja, tp berabe klo dikonfim sm bosku yg lama. Whaduh...

SEBENARNYA, jauh di lubuk hatiku (weks) aku pengen mengabdikan diri pada pekerjaanku..(halah) Memberikan 100% (nggak ding, paling nggak 75% lah) kemampuan, waktu, tenaga, pikiran..dengan setia meniti karir di satu perusahaan yang kuanggap sejalan dengan visiku. (Hoek...). Pencapaian prestasi dan kemajuan pola pikir, salah satunya. Klo salah duanya, DUIT yg lebih gede. it's a must. Salah tiga dan seterusnya banyak...suasanya yg nyaman, relationship atasan-bawahan maupun sesama rekan-kerja yang profesional, jenjang karir, fasilitas yg memadai, de el el es be (Anjrit, dah diterima aja sukur...pake nawar macem2 lagi. Disumpahin nganggur mampus deh.)

Wes lah..skr aku jalani aja dulu. lagian semuanya untuk urusan perut (maklum orang susah..:P). urusan nanti bakalan gimana terserah nanti aja. life flows as a river.
Klo ada yg mau komen apa aja...terserah. karepmu. whatever.

Kamis, 14 Juni 2007

KotaKata

mungkin kita baru bisa jadi diri sendiri kala kita sendiri.
tanpa rasa ingin menonjolkan diri, kita malah akan menjadi utuh.
apa adanya.
kesendirian yang membuat penuh.
kesendirian yang serasa riuh.

***

kesan pertama yang dalam, gumamku.
tiap detiknya selaksa berpuluh halaman percakapan.
dan waktu seperti adegan dalam gerak lambat.

Rabu, 13 Juni 2007

Surabaya yg panas

Terang aja panas... ini kan di roof-nya Mercure.
terhitung dari tanggal 8 sampai 23 Juni saya mesti standby di Mercure Grand Mirama Hotel Surabaya, untuk memastikan koneksi internet di hotel ini beres hingga ke kamar dan hotspot area-nya.
So far beres deh...

Selasa, 12 Juni 2007

WAKTU

Hidup itu bukan pilihan, tapi sarat dengan pilihan. Pilihan itulah yang menggambarkan siapa diri kita..

7 tahun lalu seorang sahabat mengatakan hal itu. Bukan sahabat dekat memang, tapi seperti itulah aku ingin mengenangnya. Sahabat datang dan pergi seperti juga waktu yang mengiringi kita. Kemarin adalah masa lalu, hari ini adalah sekarang, dan esok hari adalah masa depan.

"Ah, konsep waktu itu kan dibuat oleh manusia," Ipung, sahabatku yang lain pernah berucap. Ya, waktu seakan dipilah-pilah, menjadi bersekat-sekat, berbuku-buku, berjam-jam, berhari-hari,berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun... Manusia merasa lebih tahu karena hidup lebih lama 'sekian tahun' dari manusia lain. Benarkah demikian? Waktu memberi kita pelajaran bahkan dari tiap detiknya, dari tiap kata yang terucap, dati tiap tetes keringat yang terkuras, dari tiap jiwa yang kita temui, dari tiap kejadian yang kita lewati. Namun konsep waktu juga tidak selalu linear, begitulah menurut penganut Relativitas. Satu hariku tidak sama dengan satu harimu, sepuluh tahunku tidak sama dengan sepuluh tahunmu..

Dan aku baru saja merasa dua tahun terakhir hidupku adalah persamaan nol. Sekian ditambah sekian pangkat sekian dibagi sekian kuadrat, SAMA DENGAN NOL.

Turbulence itu hadir kala seorang sahabat mengirimiku pesan singkat: Andai waktu bisa kau putar kembali, apa yang ingin kau ubah? Entahlah, sulit untuk menjawabnya, meski saat itu aku langsung me-reply pesan tsb: Tidak, aku sudah dan harus puas dengan keadaan sekarang, tapi tidak berarti aku puas menunggu esok hari tanpa mempersiapkan dari sekarang. Ya, pilihan yang kubuat di masa lalu memang ada beberapa yang kusesali, bahkan sangat-sangat-sangat kusesali hingga kini.

But the show must go on.. And here I am...

Senin, 11 Juni 2007

JOB SEEKING (PNS sucks)

Bukan rahasia umum jika pada saat sekarang ini amatlah sulit untuk mendapatkan pekerjaan, apalagi yang sesuai keinginan, baik jenis maupun upahnya. namun bagi sebagian orang hal tersebut tidak berlaku. kata sebagian disini mungkin perlu ditambahi menjadi sebagian kecil saja, karena memang golongan ini sangat berbanding terbalik dengan jumlah angkatan kerja yang kian tahun kian membludak. tak peduli bekal ijazah D3, S1 bahkan S2, karena banyak orang yang meyakini bahwa selain faktor kepala (otak), mencari pekerjaan membutuhkan faktor x, y, dan z: koneksi, kocek dan keberuntungan. intinya seorang job-seeker harus berbekal "ajian-ajian" mumpuni sebelum terjun ke medan pencarian pekerjaan.


Salah satu pekerjaan yang menyedot perhatian job-seeker adalah menjadi abdi negara, atau istilah kerennya Pe-eN-eS, atawa PegNeg. Hampir setiap tahun (atau setiap saat?) lowongan atau penerimaan PNS selalu ditunggu-tunggu para 'penggemar'nya. Baik yang memang job-less, sudah bekerja tapi belum puas, fresh graduated, bahkan dari jajaran orang-orang yang sudah dari jadul (jaman dulu, mutu = muka tua, model taon jebot, yah..jamannya komputer masih 486 atau malah blon ada tuh yg namanya komputer) sudah menghambakan diri dan hidupnya pada negoro tapi tidak (belum?) diakui statusnya sebagai "AbdiNegaraResmi". Koq segitu populernya sih PNS ini? Sebabnya (menurut pandangan pribadi penulis, mudah-mudahan tidak terlalu picik): adalah bahwa untuk menjadi PNS yang bae' dan bener, tidak perlu otak Einstein atau IPK 3,0 atau aktif di berbagai kegiatan kampus, atau punya visi bagus, pemikiran maju, atau berjiwa pemimpin, atau punya kemampuan problem-solving, de-el-el. ATAU intinya: tidak perlu punya kemampuan macem-macem, ASAL punya prinsip MANUTAN, sendiko dhawuh, "siap Pak", sedikit ABS, mengikuti arus, apa kata pimpinan/rekan sekantor, dan karakter sejenis lainnya.

Sekali lagi: ini menurut pandangan penulis, lho. Pandangan penulis berdasarkan pengalaman pribadi. Bukan suatu kebetulan bahwa penulis adalah seorang profesional yang pernah menjadi CPNS di salah satu pemerintah daerah kabupaten di Jawa Tengah. mantan CPNS yang belum sempat menjadi PNS, karena penulis merasa tidak mendapat ruang bagi keinginan pencapaian prestasi dan kemajuan berpikir, yang menjadi prioritas penulis. Apa yang saya alami setelah pengunduran diri tersebut, ingin sekali saya bagi dengan pembaca. saya menyadari, bahwa ada kehidupan lain diluar "pns", dan ternyata kehidupan di luar itu jauh lebih sehat, baik kesejahteraannya maupun, yang terpenting bagi penulis, lingkungan kerjanya. yaitu lingungan kerja yang memprioritaskan pencapaian prestasi dan kemajuan berpikir daripada kemapanan semu yang terbungkus seragam dinas.

Eit..bagi Anda yang kebetulan berprofesi (PNS koq dibilang profesi, huh..) sebagai PNS, "Sori Bos", mudah-mudahan bisa legowo menerima sentilan seperti ini, karena memang apa adanya tanpa tedeng aling-aling, tanpa tendensi, tanpa pamrih, tanpa udang dibalik kepiting, "nothing personal, bro!". Inga'inga' kata Hok Gie : "Kalau Anda benar, Anda tak perlu marah. Kalau Anda salah, Anda tak berhak marah". So, keep the dirty work, then follow the satan into the deepest HELL.

ps.
1. Salah satu alasan penulis cabut adalah: penulis ingin memberikan kesempatan untuk "kontestan" lain yang, barangkali tidak memiliki kecakapan lebih untuk berani bertarung di luar penerimaan cpns. terasa naif? memang aku penggemar Naif koq.

2. para birokrat hendaknya memberikan ruang gerak bagi tenaga potensial di negeri ini. berilah kesan yang baik -dan tentunya kesempatan- agar orang-orang yang memang punya potensi dan juga keinginan untuk memajukan bangsa ini, tertarik untuk terjun menjadi birokrat.

KORUPSI

Tepat sekali ungkapan dalam suatu iklan yang dikeluarkan oleh KPU, bahwa korupsi telah membunuh bangsa ini, bahkan hingga beberapa generasi ke depan. Cucu-cucu kita kelak masih mendapat warisan hutang negara yang menumpuk, akibat bapak moyang-nya getol korupsi. Perusahaan negara yang notabene monopoli, malah menyatakan diri rugi terus-menerus. Lantas kemana kekayaan alam bangsa ini menguap? Ke rekening pribadi segelintir orang?


Pemimpin bangsa silih berganti mengumbar janji akan memberantas korupsi. Dan ekspektasi masyarakat terhadap setiap pemerintahan baru selalu sama: pemberantasan korupsi. Tidak salah memang. para pemimpinlah yang memberikan harapan yang terlalu tinggi -bahkan sebelum benar-benar menjadi pemimpin. Nyatanya, setelah terpilih, para pemimpin itu melakukan kesalahan yang merupakan salah satu dosa besar di mata masyarakat: pengkhianatan, dengan terjerumus (atau: menjerumuskan diri) ke lembah korupsi.

Bahkan penulis sempat berseloroh dengan teman sekantor, bahwa di negeri ini ada 2 macam pejabat. pertama adalah pejabat yang korup, dan kedua adalah pejabat yang 'akan' menjadi koruptor. mudah-mudahan kenyataannya tidak seperti itu.

KORUPSI, memang merupakan musuh dalam selimut bangsa kita. Atau malah musuh dalam celana, bahkan dalam tulang sumsum kita. Kita musuhi, tapi tetap kita lakukan, meski dalam skala kecoa. (sekilas penulis melihat bayangan diri pada layar monitor: tersenyum kecut)

RIGHT OR WRONG IS MY COUNTRY

bangsa yang sakit. atau lebih tepatnya: bangsa yang -sebagian besar penduduknya- sakit. itulah gambaran saya melihat kondisi bangsa ini, yang notabene saya termasuk di dalamnya. tapi mudah-mudahan saya bukan yang termasuk "sebagian besar" tadi. atau masih taraf "sakit-sakitan", jadi ada saat dimana saya masih sehat.

tetapi ungkapan ini jangan disalahartikan bahwa saya pesimis terhadap kemajuan bangsa ini. bukan. rasa optimisme saya masih ada, bahwa pada suatu hari bangsa ini akan (mampu) tumbuh menjadi bangsa yang sehat, kuat, mandiri, memiliki rasa percaya dan kebanggaan diri sebagai bangsa. lihatlah kita masih punya berjuta tunas bangsa yang siap untuk dipupuk dan digembleng dengan pendidikan terbaik untuk mewujudkan kemampuan terbaiknya. weleh...