Senin, 11 Juni 2007

JOB SEEKING (PNS sucks)

Bukan rahasia umum jika pada saat sekarang ini amatlah sulit untuk mendapatkan pekerjaan, apalagi yang sesuai keinginan, baik jenis maupun upahnya. namun bagi sebagian orang hal tersebut tidak berlaku. kata sebagian disini mungkin perlu ditambahi menjadi sebagian kecil saja, karena memang golongan ini sangat berbanding terbalik dengan jumlah angkatan kerja yang kian tahun kian membludak. tak peduli bekal ijazah D3, S1 bahkan S2, karena banyak orang yang meyakini bahwa selain faktor kepala (otak), mencari pekerjaan membutuhkan faktor x, y, dan z: koneksi, kocek dan keberuntungan. intinya seorang job-seeker harus berbekal "ajian-ajian" mumpuni sebelum terjun ke medan pencarian pekerjaan.


Salah satu pekerjaan yang menyedot perhatian job-seeker adalah menjadi abdi negara, atau istilah kerennya Pe-eN-eS, atawa PegNeg. Hampir setiap tahun (atau setiap saat?) lowongan atau penerimaan PNS selalu ditunggu-tunggu para 'penggemar'nya. Baik yang memang job-less, sudah bekerja tapi belum puas, fresh graduated, bahkan dari jajaran orang-orang yang sudah dari jadul (jaman dulu, mutu = muka tua, model taon jebot, yah..jamannya komputer masih 486 atau malah blon ada tuh yg namanya komputer) sudah menghambakan diri dan hidupnya pada negoro tapi tidak (belum?) diakui statusnya sebagai "AbdiNegaraResmi". Koq segitu populernya sih PNS ini? Sebabnya (menurut pandangan pribadi penulis, mudah-mudahan tidak terlalu picik): adalah bahwa untuk menjadi PNS yang bae' dan bener, tidak perlu otak Einstein atau IPK 3,0 atau aktif di berbagai kegiatan kampus, atau punya visi bagus, pemikiran maju, atau berjiwa pemimpin, atau punya kemampuan problem-solving, de-el-el. ATAU intinya: tidak perlu punya kemampuan macem-macem, ASAL punya prinsip MANUTAN, sendiko dhawuh, "siap Pak", sedikit ABS, mengikuti arus, apa kata pimpinan/rekan sekantor, dan karakter sejenis lainnya.

Sekali lagi: ini menurut pandangan penulis, lho. Pandangan penulis berdasarkan pengalaman pribadi. Bukan suatu kebetulan bahwa penulis adalah seorang profesional yang pernah menjadi CPNS di salah satu pemerintah daerah kabupaten di Jawa Tengah. mantan CPNS yang belum sempat menjadi PNS, karena penulis merasa tidak mendapat ruang bagi keinginan pencapaian prestasi dan kemajuan berpikir, yang menjadi prioritas penulis. Apa yang saya alami setelah pengunduran diri tersebut, ingin sekali saya bagi dengan pembaca. saya menyadari, bahwa ada kehidupan lain diluar "pns", dan ternyata kehidupan di luar itu jauh lebih sehat, baik kesejahteraannya maupun, yang terpenting bagi penulis, lingkungan kerjanya. yaitu lingungan kerja yang memprioritaskan pencapaian prestasi dan kemajuan berpikir daripada kemapanan semu yang terbungkus seragam dinas.

Eit..bagi Anda yang kebetulan berprofesi (PNS koq dibilang profesi, huh..) sebagai PNS, "Sori Bos", mudah-mudahan bisa legowo menerima sentilan seperti ini, karena memang apa adanya tanpa tedeng aling-aling, tanpa tendensi, tanpa pamrih, tanpa udang dibalik kepiting, "nothing personal, bro!". Inga'inga' kata Hok Gie : "Kalau Anda benar, Anda tak perlu marah. Kalau Anda salah, Anda tak berhak marah". So, keep the dirty work, then follow the satan into the deepest HELL.

ps.
1. Salah satu alasan penulis cabut adalah: penulis ingin memberikan kesempatan untuk "kontestan" lain yang, barangkali tidak memiliki kecakapan lebih untuk berani bertarung di luar penerimaan cpns. terasa naif? memang aku penggemar Naif koq.

2. para birokrat hendaknya memberikan ruang gerak bagi tenaga potensial di negeri ini. berilah kesan yang baik -dan tentunya kesempatan- agar orang-orang yang memang punya potensi dan juga keinginan untuk memajukan bangsa ini, tertarik untuk terjun menjadi birokrat.

Tidak ada komentar: