Selasa, 12 Juni 2007

WAKTU

Hidup itu bukan pilihan, tapi sarat dengan pilihan. Pilihan itulah yang menggambarkan siapa diri kita..

7 tahun lalu seorang sahabat mengatakan hal itu. Bukan sahabat dekat memang, tapi seperti itulah aku ingin mengenangnya. Sahabat datang dan pergi seperti juga waktu yang mengiringi kita. Kemarin adalah masa lalu, hari ini adalah sekarang, dan esok hari adalah masa depan.

"Ah, konsep waktu itu kan dibuat oleh manusia," Ipung, sahabatku yang lain pernah berucap. Ya, waktu seakan dipilah-pilah, menjadi bersekat-sekat, berbuku-buku, berjam-jam, berhari-hari,berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun... Manusia merasa lebih tahu karena hidup lebih lama 'sekian tahun' dari manusia lain. Benarkah demikian? Waktu memberi kita pelajaran bahkan dari tiap detiknya, dari tiap kata yang terucap, dati tiap tetes keringat yang terkuras, dari tiap jiwa yang kita temui, dari tiap kejadian yang kita lewati. Namun konsep waktu juga tidak selalu linear, begitulah menurut penganut Relativitas. Satu hariku tidak sama dengan satu harimu, sepuluh tahunku tidak sama dengan sepuluh tahunmu..

Dan aku baru saja merasa dua tahun terakhir hidupku adalah persamaan nol. Sekian ditambah sekian pangkat sekian dibagi sekian kuadrat, SAMA DENGAN NOL.

Turbulence itu hadir kala seorang sahabat mengirimiku pesan singkat: Andai waktu bisa kau putar kembali, apa yang ingin kau ubah? Entahlah, sulit untuk menjawabnya, meski saat itu aku langsung me-reply pesan tsb: Tidak, aku sudah dan harus puas dengan keadaan sekarang, tapi tidak berarti aku puas menunggu esok hari tanpa mempersiapkan dari sekarang. Ya, pilihan yang kubuat di masa lalu memang ada beberapa yang kusesali, bahkan sangat-sangat-sangat kusesali hingga kini.

But the show must go on.. And here I am...

Tidak ada komentar: